Minggu, September 30, 2007

Eksebisi pertama FFM

1126 Km Pemutaran Film Film FFM
Catatan Perjalanan

Bermula dari obrolan santai di warung kopi Djendelo, terbentuklah sebuah Forum Film yang sedianya akan memayungi beberapa rumah produksi di kampus STMM MMTC pada tanggal 27 Juli 2007. Tidak akan dikenal jika tidak berulah, begitu kata orang, entah ulah itu mengarah kepada yang baik ataupun yang kurang baik, tapi yang pasti penyelenggaraan even semacam roadshow kali ini sedikit banyak akan berpengaruh baik pada semangat dan kelanjutan dalam berkarya dari pelaksananya (setidaknya…).

Film pendek FFM
Empat karya Film Pendek di tahun 2007 mahasiswa MMTC Yogyakarta yaitu, Eileen, Lilin, Kettle Of Fish!, dan Saya sudah dapat Kerja, Sum. Disetujui sebagai karya yang akan di putar di setiap kota tujuan Roadshow, keempat karya tersebut di yakini cukup mewakili MMTC Yogyakarta sebagai tempat menuntut ilmu para mahasiswa nya yang terbagi menjadi tiga program studi dalam satu jurusan penyiaran. Sosial merupakan tema yang mendominasi film-film pendek FFM, dengan pendeknya durasi film, di harap bisa bermanfaat bagi penontonnya. Di sertakan juga dua film dokumenter dan empat film pendek (fiksi), dalam satu DVD kompilasi sebagai bentuk keikutsertaan FFM menyuguhkan tayangan alternatif.

Pemberangkatan pertama dari Daerah Istimewa Yogyakarta, tertanggal 19 Agustus 2007 pukul 15,00 waktu setempat, dengan beranggotakan 7 personil dalam satu mobil ( Padly Dery Prananda- sutradara Eileen, Arie Surastio- sutradara Kettle of Fish!, Muklis Sandi Priawan- sutradara Lilin, Yulius Pramana Djati- bendahara, Arie Setyawan- pendokumentasi, Kautsar Widie- operator teknik, Fernandus Wendy- Pengemudi), tujuan pertama kami adalah kota Cilacap, perjalanan selama 4 jam menuju kantor pusat komunitas kreatif Sangkan Paran. Kami merasa sangat diterima oleh warga Sangkan Paran, dan kami sama antusiasnya dengan mereka. Tetapi seperti yang sudah dikabarkan kepada kami sebelumnya, saat itu kota Cilacap sedang mengadakan karnaval jalan dalam rangka kemerdekaan RI yang bertepatan dengan pemutaran film kami esok harinya, Senin 20 Agustus 2007 15.00 WIB bertempat di SMAN 1 Cilacap. Alhasil kami hanya bisa menyedot audiens sekitar 13 orang. Kami jadi berpikir, inilah seleksi untuk orang- orang yang benar- benar menyukai film, dan kami berhasil.

Perjalanan dilanjutkan malam harinya menuju Purwokerto ke tempat salah satu kerabat anggota kami di kawasan Baturaden, rumah beristirahat sebelum pemutaran di Aula SMAN 1 Purbalingga esok harinya. Perjalanan antara Purwokerto- Purbalingga hanya memakan waktu 1 jam, sehingga kami dapat memutar film kami tepat pukul 19.00, 21 Agustus 2007, bersama rekan- rekan dari Cinema Lovers Community, yang merupakan organisasi payung dari 7 komunitas film di Purbalingga, menjadikan salah satu hal yang dapat kami teladani tentang kerapihan organisasi film dan kebersamaan para sineas purbalingga yang iklim kreatifnya cukup baik. Kami mendapat Audiens yang lebih banyak disini. Setelah berpamitan dengan keluarga besar CLC kami melanjutkan perjalanan pulang kembali ke Purwokerto tengah malamnya.


Pemutaran kami untuk kali ketiganya pada tanggal 22 Agustus 2007, 19.00 WIB, mendapatkan respons yang lebih banyak lagi dari 2 kota sebelumnya dari Purwokerto bertempat di Aula SMA Bruderan, entah itu kritik yang membangun ataupun sebaliknya, kembali pada cara menyikapi penerima kritik tersebut (mudah- mudahan…). Tidak lupa kami haturkan terima kasih pula kepada rekan- rekan Bintang Communication yang telah banyak kami repotkan. Kami terpaksa berpamitan dengan keluarga Purwokerto tengah malam itu juga, melanjutkan perjalanan menuju Semarang. Untunglah kami mempunyai pengemudi yang mempunyai daya tahan tubuh dan stamina luar biasa selain sudah membantu banyak juga pendokumentasian di lapangan, kami dapat tiba tepat pukul 09.00 WIB, 23 Agustus 2007 di Ibukota Jawa Tengah tanpa hambatan yang berarti. Dari kota ini kami mendapatkan tambahan personil satu orang lagi untuk bergabung dengan perjalanan kami selanjutnya. Meski bertepatan dengan suasana Ujian Harian Terpadu bagi siswa-siswa SMAN 3 semarang, the show must go on dan film diputar tepat pukul 19.45 malamnya di ruang media. Akan tetapi kami justru mendapatkan pelajaran berharga paling banyak dari komentar-komentar audiens yang jika ditinjau dari segi kuantitas masih biasa saja. Dari Semarang setelah menghirup sejenak hawa segar malam hari di daerah simpang lima, kami melanjutkan perjalanan menuju kota Madiun di jawa timur sebagai tempat pelepas lelah sesaat, sebelum menuju kota Malang.

Tanggal 24 Agustus 2007, malam harinya kita datang dan disambut kehangatan kerabat lama di tengah dinginnya kota yang terkenal akan kebersihan juga kerapiannya itu. Pemutaran di Aula SMAN 9 Malang terjadi ke esokkan harinya, tanggal 25 Agustus pukul 10.00 WIB. Hampir seluruh teman-teman kelas 3 SMAN 9 Malang memenuhi tempat pemutaran siang itu, penuh ekspresif dan seringnya melontarkan pertanyaan membuat panitia FFM menutup perjalanan panjang ke luar kota dengan senyuman lebar.

Perjalanan kembali ke Yogyakarta kami lakukan malam harinya, dengan kepuasan masing-masing, setelah memahami beragamnya respons penonton dari lima kota (Cilacap-Purwokerto-Purbalingga-Semarang-Malang) membuat kami lebih bersemangat untuk menghasilkan karya film lagi kedepannya. Perjalanan ke jogja pun terasa cepat.
MARI MENONTON!

Senin, September 10, 2007

FFM sebelum ada

Film sudah menjadi bagian hidup masyarakat. Bermacam-macam alasan muncul ketika orang ingin menonton film. Mulai dari penasaran, ingin belajar, sampai hanya sekedar menghibur diri melihat bintang pujaannya dilayar televisi maupun bioskop. Namun ketika terjadi kevakuman yang cukup lama, film Indonesia menjadi mati suri. Namun dari situ, muncul sebuah era perjuangan gerilya anak muda untuk membuat produksi film yang baik, dan biasa disebut film independen.

Film independen tidak hanya sekedar tren belaka akan tetapi lebih pada ‘perjuangan’ menampilkan tayangan alternatif bagi masyarakat dengan berusaha membekali idealisme, unsur seni yang indah, wawasan, dan inspirasi kepada para pecinta film tanpa memandang segmentasi pasar.

Untuk itu kami, FFM (Forum Film MMTC) yang terbentuk atas asas kebersamaan, kekeluargaan, dan motivasi, mengadakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperlihatkan karya-karya (khususnya dari mahasiswa MMTC), lalu kemudian mengapresiasikannya bersama-sama kepada masyarakat luas. Tidak hanya terbentur di Yogyakarta saja, namun juga karya-karya ini bisa diapresiasikan di kota-kota lain di Indonesia maupun di luar negeri.

VISI :
Mengembangkan kreativitas mahasiswa MMTC untuk berekspresi serta menuangkan ide kreatif dalam dunia film

MISI :
1) Memperkuat eksistensi dunia film di MMTC
2) Memperkenalkan karya-karya mahasiswa MMTC
3) Menumbuhkan kembali semangat mahasiswa MMTC akan dunia film.
4) Memajukan serta mengembangkan dunia film di MMTC
5) Menciptakan mahasiswa yang handal di dunia film.