Sabtu, September 20, 2008

UNTUK PEMULA

LANGKAH-LANGKAH DALAM
MEMPERSIAPKAN FILM PENDEK
Oleh Robert Nikcson



CERITA DAN NASKAH :
1. Lama durasi film ditentukan oleh dana/budget yang dimiliki.
Ingat, film berdurasi 10 sampai 15 menit (dan pintar), biasanya lebih sukses daripada film yang berdurasi lebih lama dari itu. Jangan mencoba durasi yang lebih panjang jika kamu tidak mampu untuk menyelesaikan proyek itu.

2. Pilih cerita yang menjawab pertanyaan klasik film, “Apakah ini sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya?”
Bagaimanapun juga, anjuran yang paling baik ialah menulis apa yang kita tahu. Kita harus bisa berimajinasi dengan memasukkan karakter (tokoh), dan/atau situasi yang luar biasa dan memikat penonton.

3. Tanyakan pada dirimu sendiri, “Aku menginginkan penonton merasakan atau memikirkan apa setelah selesainya pemutaran film?”
Akhir dari sebuah film adalah kesan terakhir yang menyebabkan “kata mulut” dan makna film itu terlihat sukses di mata penonton. Haig Manoogian, seorang professor dari New York University; terkenal pada tahun 60an dan 70an, berpendapat bahwa sebuah film pendek harus mempunyai akhir yang berputar dan ujung yang terlepas [menggantung : pnrj*]. Dalam film pendek dari Marty Brest (sutradara dari Scent Of A Woman), karakter utama yang seorang fotografer, gagal memotret Patung Liberty yang sengaja dibakarnya. Fotografer itu kemudian pulang dengan perasaan depresi, dia melewati sebuah kantor agen perjalanan yang memasang poster Menara Eiffel di Paris. Fotografer itu berhenti dan kamera menangkap ekspresi wajahnya yang melihat poster itu lalu fade out. Penonton ditinggalkan dengan sebuah pertanyaan, apakah fotografer itu akan pergi ke Paris dan mencoba melakukan hal yang sama terhadap Menara Eiffel?

4. Sebelum memulai pra produksi, pastikan bahwa naskah yang kamu miliki adalah naskah yang terbaik.
Lakukan proses readings, tidak perlu dengan semua aktor, tapi ajaklah beberapa aktor untuk duduk dan membaca setiap bagian dari naskah. Kalau perlu carilah kawanmu yang bertugas menjadi pembaca naskah. Selama pembaca naskah melakukan tugasnya, dengarkan baik-baik naskah itu dan carilah beberapa masalah seperti : kata yang terlalu panjang, dialog yang terlalu menjelaskan [vulgar: penrj*], cerita yang berlebihan, tempo yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dan scene itu sendiri. Satu contoh : Manakah yang lebih baik dan menarik antara adegan Bill yang mengajak Mary ke Prom Night lalu kita potong pada gambar Bill dan Mary yang sedang berdansa di Prom Night; ATAU adegan Bill yang mengajak Mary ke Prom Night, Mary mengatakan ya, lalu kita potong pada adegan Prom Night? Biarkan naskahmu yang menjawab pertanyaan seperti itu. Letakkan perhatian pada penonton. Penonton tidak seharusnya melihat apa yang sudah mereka tahu, itu akan membuat penonton merasa bosan dan menganggap film itu terlalu lambat.

5. Jangan menulis apa yang nanti menjadi kekurangan (atau keraguan) pada filmmu.
Banyak naskah yang ditulis dengan scene yang terlalu panjang, terlalu banyak dialog, dan terlalu eksplisit. Jalan terbaik untuk menghemat uang adalah syuting filmmu dengan tidak terlalu banyak material. Ketika kamu menghentikan penulisan di saat yang paling esensial, kamu akan menghemat banyak dana produksi untuk mengusahakan kualitas terbaik dari shotmu.

6. Tulis apa yang akan dilihat oleh kamera.
Kamera tidak bisa melihat pemikiran atau perasaan yang internal, jadi jangan tulis itu dalam naskah. Selalu harus diingat, naskah itu digunakan oleh para kru untuk menyampaikan maksud dari sutradara. Salah satu contoh kasus : Dalam sebuah proyek film, seorang penulis naskah/sutradara itu sendiri menulis bahwa karakter utama menerima dan membuka “sebuah amplop special delivery”. Kru properti sudah menyiapkan enam amplop special delivery dari Kantor Pos. Pada hari pengambilan gambar, sutradara melihat hasil pekerjaan kru properti dan berkata bahwa amplop itu kurang “spesial”. Sutradara menginginkan amplop dari Federal Express. Hal ini menyebabkan dua masalah. Yang pertama ialah masalah perijinan, karena penggunaan amplop (atau apapun) dari Federal Express harus mempunyai ijin, dan hal itu akan menyebabkan terbuangnya banyak waktu produksi, karena kru lain akan menunggu kru properti untuk menyelesaikan tugasnya. Solusi dari masalah ini ialah menggunakan amplop dari Kantor Pos (karena tidak memerlukan ijin) dan memulai shooting setelah cukup banyak waktu yang terbuang. Masalah diatas terjadi karena penulis naskah/sutradara tidak menuliskan secara detil apa yang harus kamera lihat. Kru properti sudah melakukan tugasnya dengan benar. Mereka sudah membaca naskah dengan tepat. Oleh karena itu, para penulis naskah harus menulis segalanya dengan detil. Khususnya jika penulis naskah itu merangkap sebagai sutradara juga.

7. Selalu ingat bahwa naskah itu nantinya akan dibuat film.
Ini artinya bahwa tidak ada keajaiban dalam produksi yang naskahnya sedang-sedang saja (kurang kuat). Dalam membuat film yang baik, menulis naskah dengan benar adalah salah satu jalan untuk menghemat dana produksi. Seluruh film yang sedang-sedang saja atau bahkan buruk, berasal dari naskah yang sedang-sedang saja atau bahkan buruk. JANGAN MEMULAI PRODUKSI SAMPAI NASKAH ITU JADI DAN SANGAT SIAP.



PRA- PRODUKSI
1. Pra-Produksi dimulai pada saat naskah sudah sangat siap dan juga telah “dipoles” sehingga terasa layak atau pantas untuk diproduksi.
2. Langkah pertama yang harus dilakukan sutradara dalam pra-produksi adalah membuat storyboard dari screenplay (skenario) yang ada.
Sutradara harus membuat analisis dramatik dari proyek tersebut, alias menentukan shot kamera yang tepat. Kapan harusnya karakter diambil gambarnya sendirian (atau berpasangan) dalam sebuah shot yang rapi? Kapan harusnya kamera meng-cover shot yang lebar (wide shot), kapan harus memberi tekanan pada lingkungan sekitar (established shot), kapan harus memberi tekanan pada aktor (objective shot), kapan harus me-minimize lingkungan sekitar (subjective shot)? Ingat, rencana dasar dari pendekatan visual dan coverage kamera datang dari keperluan dramatis dari skenario dan tidak perlu menunggu sampai seluruh lokasi ditemukan. Pada dasarnya, ini adalah sebuah pembalikan. Jika kebutuhan coverage kamera sudah ditentukan, hal ini bisa menjadi bahan untuk menentukan lokasi mana yang paling bisa digunakan.

3. Memberikan perhatian yang penuh dan detil pada jadwal produksi adalah salah satu cara terbaik dalam menghemat dana produksi.
Setiap hari dalam proses pengambilan gambar (shooting day) akan selalu mengeluarkan uang lebih banyak dari tahap lain dalam produksi. Sebuah jadwal yang efisien akan akan menjadi dasar dalam pertimbangan-pertimbangan berikut ini : efisiensi penggunaan aktor; efisiensi penggunaan lokasi; sedikit kemungkinan perusahaan [rumah produksi: penrjh*] akan berpindah-pindah lokasi selama shooting day. Kita harus mengacu pada “shooting out” [menghabiskan shooting: pnrj*] lokasi atau aktor. Syarat itu berguna untuk mengarahkan proses pengambilan gambar seluruh scene yang mengacu pada sebuah lokasi atau aktor, hingga penggunaan lokasi dan aktor itu selesai dan tidak lagi diperlukan dalam produksi. Jika memungkinkan, cobalah untuk menghindari sering berpindah-pindahnya para kru antar lokasi yang berjauhan dalam satu waktu pengambilan gambar. Beberapa lokasi sebaiknya berada dalam satu waktu/hari atau berkelompok dan berdekatan, ini adalah proses dimana beberapa scene ataupun juga shot yang kecil dikelompokkan/digabungkan, jadi para kru dapat melakukan pengambilan gambar tanpa harus menaik-turunkan banyak peralatan dari kendaraan dan harus berpindah-pindah lokasi yang saling berjauhan. Sebuah proses yang dapat menghemat waktu, dua sampai empat jam, memberikan porsi waktu yang paling tepat dalam satu hari pengambilan gambar. Penjadwalan, seperti penulisan dan penulisan kembali (rewriting), lebih dari sekedar hanya menjadwalkan waktu dan menjadwalkan kembali (re-scheduling). Jadwal pertama adalah basis dari revisi-revisi jadwal berikutnya. Seluruh proses ini ditujukan untuk membuat pengambilan gambar-gambar terbaik dapat dimungkinkan tanpa menyia-nyiakan waktu ataupun tenaga para kru. Dan juga menghindari pengambilan gambar (shot) yang nantinya malah tidak diperlukan dalam film.

4. Pencarian dan menganalisis lokasi adalah salah satu aspek terpenting dalam pra-produksi.
Jika storyboard selesai dibuat, lokasi-lokasi perlu dipilih berdasarkan apa yang diperlukan kamera, bukan hanya berdasar pada indah atau menakjubkannya sebuah bangunan/lokasi, apalagi jika sebenarnya kamera (kita) tidak memerlukan hal-hal yang menakjubkan itu tadi. Saya telah melihat begitu banyak sutradara pemula yang berkeras mengeluarkan banyak uang untuk menyewa lokasi-lokasi yang mahal (bar, restoran, hotel, dll.) yang sebenarnya bisa lebih dimanfaatkan untuk keperluan produksi yang lain. Dalam salah satu kasus, seorang sutradara menghabiskan banyak uang dalam menyewa sebuah restoran yang berkelas untuk mengambil sedikit gambar (shot) dua orang pasangan romantis yang sedang makan malam. Gambar itu akhirnya akan terlihat sama saja jika adegan diatas diambil di ruangan manapun dengan menempatkan beberapa meja yang dihiasi dengan beberapa lilin dan bunga, ditambah dengan seseorang yang memakai tuxedo yang murah, lengkap dengan menu restoran dll. Ingat, aktor yang menyampaikan cerita, bukan lokasi! Carilah lokasi yang cukup murah bahkan gratis, dan nyaman untuk bekerja para kru dan aktor. Perhatikan, langit-langit (plafon) yang rendah sangat menyulitkan untuk penempatan lighting. Kalau filmmu berwarna, kamu harus mempertimbangkan segala macam warna dan bagaimana warna-warna itu bekerja secara psikologis dalam filmmu. Hal ini akan mengungkapkan kemungkinan mewarnai dinding lokasimu, dimana hal itu lebih murah daripada kamu menyewa mahal sebuah lokasi yang sudah di desain sebelumnya. Selalu pertimbangkan waktu atau berapa jam akses menuju lokasi. Perhitungkan waktu untuk Art Departemen menyiapkan set dan juga membongkar set setelah pengambilan gambar selesai. Francis Ford Coppola pernah berkata pada bibinya, dia ingin mengambil “enam menit scene” untuk filmnya “The Rain People” di rumah bibinya. Setelah hampir 12 jam proses pengambilan gambar, bibinya mendatangi Francis dan, seperti yang diduga, berkata : “Francis, kau katakan padaku ini hanya enam menit scene.” Moral dari cerita tersebut adalah kamu harus berterus terang pada pemilik lokasi tentang berapa lama kamu memerlukan waktu untuk prepare (menyiapkan), shooting, dan membongkar semua peralatan. Jangan lupa untuk selalu memeriksa suara-suara yang akan muncul selama jam-jam kamu menggunakan lokasi itu, berikan perhatian pada suara-suara lalu lintas, pesawat, sekolah, air conditioning (AC), dll. Sinar matahari langsung, dapat menyebabkan masalah pada continuity. Parkir dan akses peralatan yang mudah sangat penting. Check ketersediaan daya listrik, dan cari tahu dimana sekering dan circuit breaker (alat pemutus hubungan listrik) berada. Kebanyakan bangunan-bangunan kuno tidak mempunyai begitu banyak kapasitas listrik, dan mungkin hanya mampu mengatasi 1500 watts (kira-kira 15 amp) kebutuhan listrik. Jangan lupa untuk mempersiapkan sebuah ruangan untuk para aktor menunggu dan menggganti kostum, serta sebuah area untuk kebutuhan makanan para kru.

5. Tehnik menganalisis naskah dalam pra-produksi.
Semua film seharusnya mempunyai pra-produksi pada scene-per-scene, halaman-per-halaman, yang dilakukan oleh setiap kepala departemen dan sutradara serta para asisten sutradara, untuk memastikan setiap orang mengetahui apa yang diperlukan dalam setiap scene, seperti yang disebutkan dalam contoh kasus diatas (Bagian Cerita Dan Naskah : No. 6.) Kesalahan tersebut seharusnya bisa terselesaikan dalam menganalisis naskah, dimana segala aspek dari yang nantinya akan dilihat kamera diperhatikan.

6. Casting. Salah satu pekerjaan yang paling penting dari sutradara ialah meng-casting.
Saya sangat percaya pada yang namanya Active Casting. Hal ini maksudnya kita memperhatikan aktor pada saat bermain di pentas (panggung), dalam film, ataupun pada latihan-latihan. Semua sutradara bagus adalah seorang pengunjung teater yang setia. Banyak mahasiswa film yang merasa lebih baik membaca American Cinematographer [majalah film: pnrj*], daripada pergi untuk melihat permainan dan cara berbicara aktor. Melihat permainan aktor akan memberikan kualitas yang dinamis dan mempunyai kekuatan untuk menarik minat penonton. Saya selalu merasa seorang sutradara pemula cenderung memilih aktor yang dia suka untuk menjalin hubungan, daripada sebaliknya, memilih aktor yang akan membawa permainan (performance) yang menarik untuk filmmya. Jika aktor tersebut bermain sangat bagus, sutradara akan terlihat sebagai sutradara yang bagus. Jika aktor tidak bisa mengkreasikan “kehidupan di depan kamera”, maka sang sutradara yang akan disalahkan, tidak perduli walaupun gambar yang dihasilkan terlihat bagus. Dalam pikiran saya, mengkreasikan sebuah kehidupan di depan kamera itulah tugas yang paling penting dari seorang sutradara, bukan konstruksi gambar (shot.) Sebuah film dengan performa menarik, akan selalu mendapat respon positif. Sebuah shot yang bagus dan menarik dalam sebuah film, tanpa performa yang “terpercaya” adalah film yang buruk. Jadi, proses casting (memilih pemain) boleh jadi hal yang paling penting yang bisa sutradara lakukan setelah proses memilih atau menulis naskah.

7. Panduan teknis selama pra-produksi.
Setelah lokasi dipilih, sangat diperlukan untuk mengumpulkan sutradara, DOP, Sound Person, Key Grip, Gaffer, Art Director, serta Location Manager dan mengunjungi setiap lokasi sambil mendiskusikan seluruh aspek fisik produksi serta membicarakan segala hal yang dapat menimbulkan masalah.

8. Latihan para pemain.
Ada banyak sekali pendekatan latihan yang bisa dilakukan dan para aktor itu pun juga mempunyai metode yang berbeda satu sama lain. Pada hakekatnya, pendekatan latihan haruslah menjadi kebiasaan dalam setiap proyek dan pemilihan pemain.

9. Banyak istirahat sebelum shooting.
Shooting film memerlukan waktu yang panjang dan lama. Penting untuk memperhatikan dengan hati-hati jadwalmu, dan pastikan kesehatanmu pada kondisi yang paling baik. Segala macam hal yang menghalangi pikiran yang jernih tidak mendapat tempat dalam pembuatan film. Terlalu rumit dan bahaya jika kamu tidak berada dalam kondisi yang paling baik.

10. Hukum Murphy.
Apa yang terlihat akan berjalan salah, akan berjalan dengan salah. Jika segala sesuatu dipersiapkan dengan hati-hati, kamu akan memiliki produksi yang bagus. Persiapan yang kurang adalah anti-tesis dari pembuatan film itu sendiri. Menurut pemikiran saya, film dibuat pada saat pra-produksi sedangkan proses produksi hanyalah proses dimana kita sekedar mengambil gambar. Membuat film seperti membangun rumah. Kita tidak akan membangun apapun tanpa persiapan yang matang. Film juga sama. Naskah yang bagus, aktor yang bagus, pra-produksi yang bagus, akan menghasilkan film yang bagus.


Robert Nickson
Profesor Nickson adalah seorang produser film independent dan juga bagian dari Orenda Films, sebuah perusahaan pembuat film di New York dan sudah menyelesaikan empat feature film sejak tahun 1992.
Karya-karyanya antara lain : No Way Home (1995), dibintangi oleh Tim Roth, Deborah Unger dan James Russo. Film lainnya termasuk : The Search For One-Eye Jimmy, dibintangi oleh Nicholas dan John Turturro, Steve Duscemi, Jennifer Beals, dan Samuel L. Jackson; Auf Wiedersehen America (Cannes festival Director’s Fortnight Selection, 1995); dan Pen Pals, diproduksi untuk Tokuma Studios Jepang.
Sebelum itu, dia bekerja sebagai Production Controller dan Production Manager diantara major studio dan independent productions. Dipercaya pada beberapa produksi teater seperti : Jungle Fever, Mo’ Better Blues, Iron and Silk, Bloodhounds of Broadway, Fathers and Sons, Do the
Right Thing, Spike of Bensonhurst, Street Smart, The Beat, dan juga In Ours Hand, sebuah film dokumenter panjang, pemenang dari The Golden Ducat, film terbaik, Manheim Festival.
Profesor Nickson mengajar film production pada New York University’s Graduate Film School sejak tahun 1985. Dia juga mengajar di beberapa program pengajaran film di Amerika Serikat, Eropa dan China. Profesor Nickson menerima gelar B.A. dari Dartmouth College dan gelar M.F.A. dalam film dari N.Y.U.’s Graduate Film Program.


Sumber: www.howtomakeyourmovie.com
*Pnrj : Penerjemah.

Diterjemahkan oleh:
PD PRANANDA
Kasetbekas Pictures

Tidak ada komentar:

Posting Komentar